Tugas: Carilah Analisis faktor faktor yamg mempengaruhi penjualan!
Penulis: Lilin Puji Handayani
1. Usia
Pengusaha Industri Kecil
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud usia atau umur adalah lama waktu hidup
atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Ada fase–fase psikologis yang harus
dilalui tiap individu
(Handayanni,
2002). Antara lain fase psikoseksual yaitu tahap–tahap pertumbuhan dan
perkembangan fungsi seksual yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis
individu tersebut. Tiap individu akan mengalami fase atau tahap psikoseksual
dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0–18 tahun). Bila individu tersebut
gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya sesuai dengan tahap perkembangannya
maka akan terjadi gangguan pada diri orang tersebut.
2. Jenjang
Pendidikan
Pendidikan
merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi
dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang
individu dan sebagai warga negara atau masyarakat, dengan memilih isi (materi)
kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Di lihat dari sudut perkembangan
yang dialami oleh anak, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut
ditujukan untuk membantu anak dalam mengahadapi dan melaksanakan tugas–tugas perkembangan
yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan.
3. Pengalaman
Kerja
a. Pengalaman
Kerja Awal
Tiga aspek
pengalaman kerja awal individu tampaknya sangat relevan dengan keberhasilan karir
selanjutnya yaitu besarnya tantangan dalam penugasan kerja awal, tindakan
supervisor pertama dan seberapa baik individu merasa cocok dengan kultur
organisasi. (Skinner and Wankel, 1996).
1. Penugasan
Kerja Awal
Ada pendapat
yang mengatakan bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang menantang
menyebabkan individu menginginkan standart prestasi yang tinggi yang kemudian diterapkan
untuk tugas kerja di masa yang akan datang. Disamping itu, keberhasilan dalam menyelesaikan
tugas menyebabkan peningkatan harapan organisasi sehingga individu diberi tugas
yang lebih sulit dan menantang. Sebaliknya, mereka yang diberi pekerjaan yang
tidak menantang tidak menginginkan standart prestasi yang tinggi dan tidak pula
menerima banyak pengakuan atas pekerjaannya. Meskipun ada fakta akan pentingnya
pemberian tugas kerja yang menantang, banyak organisasi terus saja memberikan
karyawannya yang baru dengantugas awal yang relative rutin.
2. Tindakan
Supervisor Pertama
Bagi pendatang
baru, supervisor pertama menggambarkan kelebihan dan kekurangan organisasi itu
sendiri. Apabila sang supervisor disukai oleh karyawan baru tersebut, maka
organisasi mungkin dianggap sebagai tempat kerja yang menyenangkan. Meskipun
demikian banyak perusahaan sering mempercayakan penanganan karyawan baru kepada
orang yang tidak terlatih untuk tugas
tersebut.
3. Apakah
Individu Merasa Cocok dengan “Kultur Organisasi”
Setiap
organisasi pasti mempunyai kultur, serangkaian pemahaman bersama yang
menentukan gaya kerja organisasi, sikap terhadap karyawan dan pendekatan dalam
cara tugas harus diselesaikan. Dalam satu pekerjaan, sering pendatang baru
mungkin merasa senang sejak semula; dia berbicara dengan bahasa yang sama seperti
rekan kerjanya yang mendapat tanggapan yang baik terhadap upaya dan prakarsa awal.
Dalam pekerjaan yang lain, suatu benturan tugas tidak dapat dielakkan sejak
awal atau tidak mempunyai dampak awal yang mewarnai seluruh pengalaman individu
dengan organisasi. Ia senang bekerja dalam organisasi dan apakah mereka mungkin
bekerja terus dalam organisasi.
b. Karir
Mereka membagi
karir seseorang menjadi 10 masa yaitu :
1) Usia 17–22 :
Peralihan Dewasa Awal
Pada usia ini
individu harus berhasil mengelola pemisahan diri dari ikatan keluarga dan
menjaga dirinya sendiri.
2) Usia 22–28 :
Memasuki Dunia Dewasa
Individu telah
menyelesaikan pendidikannya dan mulai membuat komitmen untuk masa depannya.
Suatu gaya hidup dan karir dipilih. Individu mulai memusatkan perhatiannya
untuk memasuki
dunia dewasa dan
lebih berkembang. bagi orang yang merasa tidak menentu dengan jalan hidup yang
ingin mereka tempuh, masa ini mungkin ditandai oleh pencarian yang tidak
mengenal lelah akan tujuan akhir.
3) Usia 28–33 :
Peralihan 30.
Pada suatu saat
selama masa ini individu meninjau kembali kemajuan menuju tujuan pribadi dan
karir yang telah ditentukan sebelumnya. Jika kemajuan tersebut memuaskan,
individu dapat terds pada lintasan yang sama. Jika tidak, dapat mengakibatkan perubahan
radikal dan kekacauan. Pndah ke tempat baru, pindah pekerjaan dan pereeraian
lazim terjadi pada masa ini.
4) Usia 33–40 :
Masa Tenang.
Dalam masa ini,
segala sesuatu yang lain dikemukakan demi pekerjaan dan kemajuan karir. Individu
berjuang untuk dirinya sendiri. Kontak sosial dan persahabatan dihilangkan atau
dikurangi sehingga memungkinkan individu memusatkan perhatian pada pekerjaan.
5) Usia 40–45 :
Peralihan Tengah Baya.
Masa ini
merupakan masa peralihan kedua dimana individu menilai kemballi kemajuan karirnya.
Manajer yang puas dengan arah perkembangan karirnya. Manajer yang puas dengan
arah perkembangan karirnya akan terus bekerja secara efektif. Namun, bila
kemajuan tidak sesuai dengan impian dan harapan semula, suatu “krisis tengah–baya”
dapat terjadi. Perasaan benci, sedih atau kecewa dapat menyebabkan seorang
individu kehilangan keseimbangan emotional.
6) Usia 45–50 :
Memasuki Masa Dewasa Pertengahan.
Bagi sebagian
orang, masa ini merupakan masa yang makin menyita perhatian akan kemerosotan
dan kendala yang dialami ditempat kerja dan dalam kehidupan pribadinya. Bagi
yang lain, masa ini dapat sangat memuaskan dengan rasa pemenuhan dan kreatifitas
yang matang.
7) Usia 50–55 :
Peralihan Usia 50.
Pada masa ini
muncul persoalan atau tugas yang tidak ditangani secara memuaskan dalam awal
usia 30 atau peralihan usia tengahnya. Individu yang sedikit sekali mengalami
perubahan dalam peralihan usia tengah–baya dan menata struktur kehidupan secara
tidak memuaskan mungkin mengalami krisis. Menurut Levinson, paling tidak suatu
krisis yang moderat akan terjadi entah dalam masa tengah–baya atau dalam
peralihan usia 50.
8) Usia 55–60 :
Puncak Masa Dewasa Pertengahan.
Masa ini relatif
stabil, sama dengan masa tenang pada masa dewasa awal. Individu yang mampu meremajakan
dirinya dan memperkaya kehidupannya dapat mengalami pemenuhan diri yang besar
pada masa ini.
9) Usia 60–65 :
Peralihan Masa Dewasa Akhir.
Selama ini, kebanyakan
oaring berhenti bekerja dan pensiun sering mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap cara memandang dirinya sendiri dan dipandang oleh orang lain. Bagi
banyak orang pada masa ini merupakan masa refleksi yang dalam sebagian orang yang
senang hati meninggalkan karirnya hanya apabila mereka menikmati karirnya dan
merasa berhasil dengan karir itu.
10) Usia 65 dan
Selanjutnya : Masa Dewasa Akhir.
Inilah masa
penilaian dan penyimpulan setelah bebas dari tanggung jawab untuk pergi kerja,
banyak orang benar–benar menikmati waktu luangnya dan memusatkan perhatiannya
untuk mengejar apa yang telah mereka abaikan di masa mudanya, antara lain
kesulitan keuangan dan gangguan kesehatan.
4. Upah
a. Pengertian
Upah
Bagi sebagian
kerja atau karyawan di Indonesia, upah masih merupakan faktor perangsang dalam
mendorong karyawan untuk berpretasi. Masalah pengupahan bagi manajer personalia
adalah fungsi yang cukup sulit dan komplek, karena menyangkut banyak faktor emosional
dari sudut pandang karyawan, serta merupakan salah satu aspek yang berarti baik
bagi karyawan maupaun perusahaan. Upah adalah bagian dari kompensasi yang
terbesar. Kompensasi berbentukfasilitas-fasilitas yang dapat dinilai dengan
uang, selain upah.
b. Sistem dan
Rencana Penyusunan Upah
Sistem
pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan. Landasan
system pengupahan di Indonesia adalah UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan
penjabarannya dalam hubungan industrial pancasila. Sistem pengupahan pada
prinsipnya haruslah:
1) Mampu
menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya (mempunyai fungsi
sosial)
2) Mencerminkan
pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang.
3) Memuat
pemberian intensif yang mendorong peningkatan produktifitas kerja dan
pendapatan masyarakat
c. Dasar
Penentuan Upah
Pada dasarnya
terdapat dua penentuan upah yaitu :
1) Pembayaran
atas dasar waktu Umumnya karyawan digaji atas dasar waktu pelaksanaan kerja.
Contohnya karyawan pabrik atau buruh kasar biasanya dibayar atas dasar upah
menurut jam atau harian. Hal ini sering disebut kerja harian. Sedangkan karyawan
yang digaji, yaitu para manajer professional dan pegawai kesekretariatan serta administratif,
memperoleh upah atas dasar seperangkat periode waktu (minggu, bulan, tahun).
2) Upah Borongan
Upah Borongan
mengaitkan upah secara langsung dengan
jumlah produksi
atau jumlah professional dan pegawai kesetariatan
serta
administratif memperoleh upah atas dasar seperangkat
periode waktu
(minggu, bulan, tahun).
d. Indikator
Upah
Menurut Nitisemitro(1996),
indikator upah terdiri dari:
1) Upah harus
dapt memenuhi kebutuhan minimal.
2) Upah harus
dapat meningkat.
3) Upah harus
dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja.
4) Upah harus
adil.
5) Upah tidak
boleh bersifat statis.
6) Komposisi dri
upah yang diberikan harus diperhatikan.
5. Jumlah Tenaga
Kerja
Di dalam
penentuan jumlah masing-masing tenaga kerja yang diperlukan, kita perlu :
a. Melakukan
peramalan/proyeksi terhadap perusahaan untuk suatu periode tertentu.
b. Melakukan
analisisa terhadap kemampuan tenaga kerja yang sekarang ini untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (Ranupandojo dan Husnan, 1995).
1) Peramalan
Kebutuhan Tenaga Kerja
Peramalan
kebutuhan tenaga kerja sangat erat hubungannya dengan peramalan kondisi
perusahaan dimasa yang akan datang. Banyak sedikitnya masing-masing jenis tenaga
kerja yang diperlukan akan tergantung pada prospek ekonomi perusahaan dan
kebijaksanaan perusahaan dalam melakukan investasi peralatan /mesin-mesin yang
akan dipakai dalam produksinya. Karena itu meramalkan kebutuhan akan tenaga
kerja, biasanya dimulai dari peramalan penjualan. Dari ramalan yang telah
dibuat, disusunlah rencana produksi yang biasa disebut sebagai program
produksi, master schedule dan departemen schedule. Untuk bagian penjualan, ramalan
ini biasanya akan diwujudkan sebagai suatu penjualan yang harus tercapai,
kemudian menentukan jumlah pekerja.
2) Analisa
Terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja (Work Force Analysis)
Paling tidak ada
dua masalah utama yang perlu kita pertimbangkan, yaitu tingkat absensi dan
perputaran tenaga kerja.
a) Tingkat
absensi
Apabila
seseorang karyawan tidak hadir di tempat kerjanya, ia dinyatakan absen. Tingkat
absensi merupakan perbandingan antara hari-hari yang hilang dengan keseluruhan
hari yang tersedia untuk bekerja.
b) Perputaran
Tenaga Kerja ( Turn Over )
Didalam arti
yang luas, turn over diartikan sebagai aliran para karyawan yang masuk dan
keluar perusahaan. Turn Over ini merupakan petunjuk kestabilan karyawan.
Semakin tinggi turn over berarti semakin sering terjadi
pergantian dan hal ini akan mengakibatkan kerugian perusahaan, sebab apabila
seorang karyawan meninggalkan perusahaan akan berbagai biaya seperti biaya
penarikan karyawan, biaya peralihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar